A Merica Budidaya dan Manfaatnya | Kumpulan Tjah Ngambarsari
banner ngambarsari

Jumat, 08 Juni 2012

A Merica Budidaya dan Manfaatnya

A Merica Budidaya dan Manfaatnya

budidaya merica


Pada postingan kali ini Kumpulan Tjah Ngambarsari akan memberikan ulasan tentang lada atau merica bukan a merica yach. Sebelumnya juga telah kita bahas salah satu hasil perkebunan ngambarsari yakni tentang Definisi Cengkeh .Kita tahu Luas areal tanaman lada atau merica di Indonesia hampir 90% dimiliki oleh perkebunan rakyat estimasi tahun 2000 seluas 130.178 ha dari total areal 130.557 ha, dengan total potensi produksi lada Indonesia sekitar 65.227 ton. Daerah penghasil merica terbesar di Propinsi Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat.



Hasil pengolahan merica ada 3 jenis yaitu lada hitam, putih dan hijau, dari 3 jenis olahan yang dikenal hanya lada hitam dan putih. Untuk hasil olahan lada dari Propinsi Lampung dikenal dengan sebutan  Lampung black pepper dan hasil olahan lada dari Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung dikenal dengan sebutan Muntok white pepper. Sebutan tersebut dikenal karena Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar di dunia.Kondisi perkebunan merica Indonesia saat ini  sekitar 11,50% dari seluruh luas komoditi perkebunan dengan kemampuan modal yang lemah. Dampak dari kondisi tersebut diatas mengakibatkan perkembangan teknologi ditingkat petani untuk perbaikan mutu, budidaya/pengembangan tanaman sangat lambat dan tidak mengalami perubahan.

PANEN
Pada umur 3 tahun, tanaman sudah dapat dipanen dan pertumbuhannya mencapai ujung tiang penegak dengan ketinggian 3,5 cm. Selanjutnya hasilnya mulai bertambah sampai tanaman berumur 8 tahun, kemudian mulai menurun. Kalau tanaman dipelihara baik, tanaman masih dapat berproduksi sampai 15 tahun  atau lebih. Sejak bunga keluar sampai buah masak, memakan waktu 7-9 bulan. Buah lada yang masih
muda berwarna hijau muda, kemudian berubah menjadi hijau tua dan apabila sudah masak
menjadi kuning kemerah-merahan.

Pada tahap pembungaan dan pembuahan ini perlu diamati kemungkinan adanya serangan kepik penghisap bunga  (Diplogompus hewetii) dan kepik penghisap buah Dasynus piperis. Kedua jenis hama ini sama-sama menimbulkan kehilangan langsung pada produksi lada (buah keriput, rontok, dsb).
Pemberantasan kedua jenis hama ini dapat dilaksanakan dengan penyemprotan insektisida yang telah disetujui oleh Komisi Pestisida dengan frekuensi 2 - 5 kali per tahun tergantung pada berat ringannya serangan. Berdasarkan  tujuannya, ada dua macam pemanenan buah lada:

1.  Pemanenan hasil  untuk lada hitam.
1.1.  Kriteria petik :
• Buah sudah tua
Diketahui dengan memecahkan atau memencet/ memijit buah lada, bila keluar cairan putih maka buah lada tersebut belum bisa dipetik.
• Biasanya dalam satu dompolan, terdiri atas buah lada merah (2%), kuning (23%) dan hijau (75%).

1.2. Waktu Petik
• Sesuai dengan musim panen daerah masing-masing.
• Biasanya berkisar Mei s/d September.

1.3. Cara petik.
• Alat yang digunakan untuk panen atau  pemetikan pohon lada tinggi umumnya menggunakan tangga.
• Lada dipetik dengan tangan
• Hasilnya ditampung dalam suatu wadah atau karung goni
• Panen atau pemetikan dilakukan 5 - 10 kali petik

2. Pemanenan hasil untuk lada putih

2.1. Kriteria petik
• Buah sudah masak
• Biasanya dalam satu dompolan terdiri atas buah lada merah (18%), kuning (22%)
dan hijau (60%)
2.2. Waktu dan cara pemetikan sama seperti lada hitam

PENGOLAHAN HASIL LADA/MERICA
1. Lada Hitam
Tahap-tahap pengolahan lada hitam adalah sebagai berikut :

1.1.  Perontokan
• Untuk mempercepat perontokan atau pelepasan gagang buah merica atau dompolan, maka buah merica yang baru dipetik ditumpuk pada lantai beralas tikar dengan ketebalan tumpukan antara 30 cm sampai  + 1 meter selama 2 - 3 hari.Tumpukan tersebut biasanya ditutup dengan karung.
• Setelah itu lada dipisahkan dari dompolan atau gagang dengan menggunakan saringan yang terbuat dari anyaman bambu dan ditempatkan agak tinggi serta dibawahnya ditaruh suatu wadah atau tampah sebagai penampung buah lada.
• Tangkai atau gagang dari buah yang tertinggal pada saringan bambu dipisahkan dan ditampung pada wadah khusus.

1.2.  Pengeringan.
• Buah lada yang sudah terpisah dari gagangnya, kemudian dijemur dibawah sinar matahari selama 3 - 7 hari tergantung dari keadaan cuaca.
• Pengeringan buah lada dilakukan  dengan mempergunakan tikar, tampah atau plastik. Untuk meningkatkan efisiensi pengeringan dan mencegah pengotoran lada, pengeringan dapat diperbaiki dengan mempergunakan lantai pengeringan yang dibuat lebih tinggi dari tanah.
• Pada waktu proses pengeringan, tumpukan lada dibolak-balik atau ditipiskan dengan ketebalan tumpukan 10 cm menggunakan garuk dari kayu agar pengeringan lebih cepat dan merata.
• Penentuan akhir dari pengeringan lada dapat dilakukan secara organoleptik yaitu dengan diraba atau dipijat dengan jari tangan dimana  lada dianggap kering bila dipijat memberikan suara menggeretak dan pecah. Di samping itu dapat juga dilakukan dengan alat pengukur kadar  air, sesuai dengan kadar air yang diinginkan.

1.3. Pembersihan dan Sortasi
Lada kering kemudian ditampi dengan tampah, yaitu untuk membuang bahan-bahan yang ringan serta benda asing lainnya seperti tanah, pasir, daun kering, gagang, serat-serat dan juga sebagian lada enteng.

1.4. Pengemasan dan Penyimpanan
• Merica kering yang telah bersih kemudian dimasukkan dalam karung atau wadah penyimpanan lain yang kuat dan bersih.
• Karung atau wadah tersebut kemudian  disimpan diruangan  penyimpanan yang kering dan tidak lembab (± 70 %), dengan diberi alas dari bambu atau kayu setinggi  ± 15 cm dari permukaan lantai sehingga bagian bawah karung tidak berhubungan langsung dengan lantai.

Untuk pengolahan hasil lada hitam, dari 100 kg lada basah yang masih bergagang diperoleh lada basah tanpa gagang antara 70 - 80 kg atau rata-rata  80 kg serta selanjutnya akan diperoleh lada hitam kering sebanyak antara 25 - 33 kg atau ratarata 31 kg. Gambar 3.a : Bagan Alir Proses Pengolahan lada Hitam

3.2.  Lada Putih.
Tahap-tahap pengolahan hasil lada putih adalah sebagai berikut:

3.2.1. Perendaman.
• Buah lada masak yang baru dipetik dimasukkan dalam karung goni direndam dalam bak yang airnya mengalir selama 7 - 10 hari atau rata-rata 8 hari untuk melunakkan kulit buah supaya mudah terlepas dari biji.
• Pada tahap ini perlu diperhatikan, bahwasannya air rendaman harus bersih dan mengalir, agar dihasilkan lada yang baik (putih bersih).
Penggunaan air rendaman yang  kotor dan tidak mengalir akan menghasilkan lada putih yang kurang baik (kotor, warna abu-abu atau kecoklatan).

3.2.2.  Pembersihan atau Pencucian
• Lada hasil rendaman, dikeluarkan dari karung dan dimasukkan dalam tampah atau ember, lalu kulitnya dipisahkan dari biji dengan menggunakan  tangan.
• Kemudian lada tersebut  dimasukkan dalam karung atau bakul pada air mengalir sambil digoyang-goyang supaya kulit hanyut atau terbuang ke luar.
• Setelah biji bersih dari kulit  dan tangkai buah, kemudian lada ditiriskan sampai airnya tidak menetes lagi.
3.2.3. Pengeringan.
• Buah lada bersih kemudian dijemur dibawah sinar matahari selama 3 - 7 hari, sampai cukup kering.
• Pengeringan buah lada dilakukan dengan mempergunakan tikar atau tampah/plastik atau mempergunakan lantai penjemuran yang dibuat lebih tinggi agar lebih efektif. • Pada waktu proses pengeringan, tumpukan lada dibolak-balik atau ditipiskan dengan mempergunakan garuk dari kayu agar pengeringan lebih cepat dan merata.
• Lada dianggap kering, bila dipijit memberikan suara menggeretak danpecah.

3.2.4.   Pembersihan dan sortasi.
• Setelah lada cukup kering, kemudian lada ditampi dengan tampah, yaitu untuk membuang bahan-bahan yang ringan serta benda asing lainnya seperti tanah, pasir, daun kering, gagang, serat-serat dan juga sebagian lada enteng.  
3.2.5.   Pengemasan dan Penyimpanan.
• Selanjutnya lada yang telah kering dan bersih ini dimasukkan dalam karung atau wadah penyimpanan lain yang kuat dan bersih.
Hasil kemasan kemudian disimpan diruangan simpan yang kering dan tidak lembab (Rh ± 70%), dengan diberi alas dari bambu atau kayu setinggi  ± 15 cm dari permukaan lantai sehingga bagian bawah karung tidak berhubungan langsung dengan lantai.
Gambar 3.b : Bagan Alir Proses Pengolahan Lada Putih
• Pada pengolahan hasil lada putih, dari 100 kg lada basah yang masih bergagang diperoleh antara 25 - 40 kg lada putih
• Rendemen pengolahan hasil dari buah lada basah menjadi lada hitam dan lada putih tergantung pada jenis tanaman dan tua mudanya buah disamping cara pengolahan hasil itu sendiri.

STANDARD MUTU LADA MERICA

Penetapan standarisasi mutu hasil telah disesuaikan dengan standar mutu nasional (SNI). Dengan semakin meningkat dan berkembangnya  peranan jaminan mutu atau standarisasi mutu hasil dalam pemasaran produksi perkebunan di masyarakat internasional, maka penerapan standarisasi mutu hasil terutama perkebunan rakyat semakin dituntut untuk melaksanakan standar mutu ISO 9000, ISO 14000, HACCP dan SPS, sehingga mampu bersaing di pasar negara maju.

Untuk mengantisipasi hal tersebut maka diupayakan penekanan pencapaian standarisasi mutu hasil lada sejak penyediaan bahan baku/ bahan olah sampai pada pengepakan dan pemasaran hasil, termasuk pengoptimalan kadar air, kebersihan, keutuhan dan kemurnian. Sehingga standarisasi mutu yang ditetapkan eksportir dapat dipenuhi produsen (petani/ pengolah) dan dapat dipasarkan baik perorangan maupun kelompok/ kemitraan.

Untuk mencapai tingkat standarisasi mutu hasil yang baik harus didukung dengan pembinaan sumberdaya yang diarahkan kepada pembinaan petani dan kelompok tani yang penekanannya mulai penanganan pasca panen, pengolahan, sortasi/ grading, pengepakan sampai pemasaran hasil yang diarahkan kepada pola kemitraan dengan perusahaan mitra atau pihak lainnya.

Berdasarkan mutu standard lada yang dikeluarkan BSN terdapat 2 (dua) standard mutu, yaitu:

a.  Standar Mutu Lada Putih (SNI 01-0004-1995)
Syarat Umum
• Dari segi kebersihan dan secara visual, biji lada bebas dari serangga hidup maupun mati serta bebas dari bagian-bagian yang berasal dari binatang
• Warna putih kekuning-kuningan sampai putih keabu-abuan/ putih kecoklatcoklatan

Spesifikasi Persyaratan Mutu Lada Putih

Persyaratan
No  Jenis uji  Satuan
Mutu I  Mutu II

1  Cemaran binatang
 -
Bebas dari serangga hidup maupun mati serta bagian-bagian yang berasal dari binatang
Bebas dari serangga hidup maupun mati serta bagian-bagian yang berasal dari binatang

2  Warna
 -
Putih kekuningkuningan
Putih kekuningkuningan, putih keabu-abuan atau putih kecoklatcoklatan
3  Kadar benda asing, (b/b)  %  Maks. 1,0  Maks. 1,0
4  Kadar biji enteng, (b/b)  %  Maks. 2.0  Maks. 3,0
5  Kadar cemaran kapang, (b/b)  %  Maks. 1,0  Maks.1,0
6  Kadar lada berwarna kehitamhitaman. (b/b) %  Maks. 1.0  Maks. 2.0
7  Kadar air, (b/b)  %  Maks. 13.0  Maks.14,0
8  Kadar piperin, (b/b)  %

Dicantumkan sesuai dengan hasil analisa

9  Kadar minyak atsiri, (v/b)  %
Dicantumkan sesuai dengan hasil analisa

b.  Standar Mutu Lada Hitam (SNI 01-0005-1995)
Syarat Umum
• Dari segi kebersihan dan secara visual, biji lada bebas dari serangga hidup maupun mati serta bebas dari bagian-bagian yang berasal dari binatang Spesifikasi Persyaratan Mutu Lada Hitam

Persyaratan
No  Jenis uji  Satuan
Mutu I  Mutu II
1  Cemaran binatang  -  Bebas dari serangga hidup maupun mati serta bagian-bagian yang berasal dari binatang

Bebas dari serangga hidup maupun mati serta bagian-bagian yang berasal dari binatang

2  Kadar benda asing, (b/b)  %  Maks. 1,0  Maks. 1,0
3  Kadar biji enteng, (b/b)  %  Maks. 2.0  Maks. 3,0
4  Kadar cemaran kapang, (b/b)  %  Maks. 1,0  Maks.1,0
5  Kadar air, (b/b)  %  Maks. 12.0  Maks.13,5
6  Kadar piperin, (b/b)  %  Dicantumkan sesuai dengan hasil analisa
7  Kadar minyak atsiri, (v/b)  %  Dicantumkan sesuaidengan hasil analisa

V. DIVERSIFIKASI HASIL LADA/MERICA

Lada enteng yang diperoleh dari sisa hasil sortasi, dapat dimanfaatkan menjadi produk lain berupa minyak lada dan  oleoresin. Ekstraksi minyak  lada dapat dilakukan dengan cara penyulingan. Penyulingan adalah  proses pemisahan komponen berupa cairan atau padatan dari dua campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya. Proses ini dapat dilakukan terhadap minyak lada karena sifatnya yang tidak larut dalam air.

Sedangkan ekstraksi oleoresin dilakukan dengan cara “Solvent extraction”. Untuk mempermudah proses ekstraksi, sebelumnya dilakukan perlakuan terhadap bahan. Perlakuan pendahuluan yang biasa dikerjakan untuk mempermudah ekstraksi minyak atsiri yaitu pengeringan dan pengecilan ukuran bahan. Lada hitam yang berkadar air sekitar 14 % sudah cukup kering untuk proses ekstraksi. Pengecilan ukuran bertujuan untuk mempercepat penetrasi uap atau bahan pelarut k dalam bahan yang akan di ekstrak, sehingga dalam waktu yang lebih singkat rendemen minyak yang akan diperoleh lebih tinggi. Penghancuran lada enteng dapat dilakukan dengan alat penghancur biji.

Hancuran biji  lada ini kemudian dilewatkan pada saringan 50 mesh untuk menyeragamkan ukuran bahan. Sebenarnya semakin kecil ukuran bahan (makin luas permukaan bahan) semakin banyak minyak yang dapat diekstrak. Tetapi ukuran bahan yang terlalu kecil juga menyebabkan banyak minyak yang menguap selama penghancuran.

\5.1. Lada Hijau
Lada hijau adalah produk olahan dari lada, dimana warna hijaunya dipertahankan. Lada hijau memiliki flavor yang khas, warna dan kenampakannya alami sehingga dapat digunakan sebagai bahan hiasan (garnish) pada makanan dan dapat dipakai langsung pada makanan yang dihidangkan.

Berdasarkan cara pengolahannya dikenal beberapa bentuk lada hijau:
• Lada hijau dalam bentuk kering
• Lada hijau dalam larutan garam
• Lada hijau dalam bentuk beku

Lada dalam larutan garam dan dalam bentuk beku dapat dipakai langsung pada makanan yang dihidangkan, sedang lada hijau kering dapat digunakan langsung maupun sebagai rempah didalam pembuatan makanan. Lada hijau kering bisa digunakan sebagai pikel lada hijau. Bahan baku pikel lada hijau adalah buah yang dipanen belum matang dan warnanya masih hijau.

5.1.1.  Pengolahan lada hijau dalam larutan garam
• Buah lada yang telah dilepas dari gagangnya dicuci sampai bersih, dipisahkan buah lada yang rusak dan mengapung
• Buah lada direndam dalam larutan kaporit 50 – 100 ppm selama 30 menit kemudian dibilas • Pembuatan larutan pengawet yaitu campuran garam dapur dan asam sitrat dengan komposisi 12 % dan 0,15 – 0,20 %, dipanaskan pada suhu 80 °C
• Buah lada yang telah bersih dimasukkan kedalam botol atau kaleng kemudian dituangkan larutan pengawet sehingga menutupi seluruh permukaan lada
• Penghampaan (exhausting) untuk menghindari kelebihan tekanan didalam kemasan pada waktu sterilisasi dan menghindari kemungkinan tumbuhnya mikroorganisme. Penghampaan dapat dilakukan dengan cara pengaliran uap panas, atau dengan membiarkan tutup terbuka pada awal sterilisasi
• Setelah proses penghampaan, kemasan ditutup dan dilakukan sterilisasi, lama sterilisasi pada tekanan atmosfir adalah 15, 20, 25 menit untuk ukuran wadah kaleng 202 x 214; 301 x 214 dan 301 x 309 mm. Pada tekanan uap 10 Lb adalah dikurangi 5 menit untuk masing-masing ukuran kaleng.

5.1.2.  Pengolahan lada hijau kering
• Buah lada yang telah dilepas dari gagangnya dicuci sampai bersih
• Sortasi dimana buah yang rusak dan mengapung dipisahkan
• Blanching yaitu pencelupan dalam air panas dilakukan selama 20 menit, kemudian ditiriskan dan dihamparkan
• Sulfitasi atau pencelupan dalam potatsium metabisulfit adalah untuk mencegah terjadinya browning
• Pengeringan dapat dilakukan dengan sinar matahari maupun pengeringan buatan sampai kadar air bahan sekitar 7 – 10 %, pengeringan sebaiknya dilakukan dengan pengeringan buatan, karena dengan sinar matahari  dapat menghilangkan chlorophil dan warna hijau
• Setelah kering dilakukan sortasi, yaitu biji merica denagn warna tidak dikehendaki, pecah, ukuran tidak memenuhi syarat, bercakbercak dipisahkan
• Lada hijau kering dikemas dalam kantong-kantong polythene, lada hijau kering ini akan tetap aroma dan rasanya untuk jangka waktu yang lama bila disimpan pada suhu 20  °C – 25  °C terhindar dari cahaya dan kelembaban tinggi.

5.1.3.  Pengolahan lada hijau dalam bentuk beku
Lada segar dibekukan pada suhu 30  °C – 40  °C dan langsung dikeringkan dalam keadaan vacuum (5 – 10 microns). Hasilnya jauh lebih baik dari pada hasil pengeringan dengan matahari atau dengan cara pengeringan lainnya, karena warna, aroma, rasa dan teksturnya lebih mendekati buah segar aslinya.

5.2. Ekstraksi Minyak Lada
Minyak lada terutama digunakan sebagai pemberi aroma dan rasa pada berbagai macam industri makanan dan juga dipakai dalam industri kosmetika dan farmasi.

Bahan baku untuk peyulingan minyak lada :
• Lada gugur
• Lada enteng
• Lada menir
• Debu
• Asal
• Tangkai lada

Dari hasil penelitian penyulingan minyak lada enteng dengan berbagai cara, diperoleh data bahwa penyulingan dengan uap langsung pada tekanan 1 atmosfi (suhu 100°C) selama 4 jam menghasilkan rendemen minyak sekitar 2,15 %. Hasil yang sama juga diperoleh pada penyulingan dengan air (kohobasi), akan tetapi waktu penyulingan yang dibutuhkan lebih lama yaitu 15 jam.

Gambar 1 memperlihatkan skema alat penyulingan dengan uap langsung. Uap panas yang dihasilkan oleh “boiler” yang merupakan unit tersendiri akan berpenetrasi pada bahan dan mengikat minyak yang bersifat mudah menguap. Selanjutnya uap bersama minyak yang diikatnya dilewatkan pada kondensor untuk diembunkan. Kondensat ditampung dalam alat pemisah minyak dan air. Untuk mencegah hilangnya minyak karena penguapan, maka minyak dalam alat ini dipertahankan pada suhu rendah (20  - 25ºC). Pemisahan minyak dengan air didasarkan pada perbedaan berat jenisnya. Oleh karena berat jenis minyak lada lebih rendah dari air, maka minyak lada akan mengapung diatas permukaan air

Sesuai sifat minyak lada dan minyak atsiri lainnya yaitu mudah menguap pada suhu kamar, maka aspek pengkemasan harus diperhatikan. Minyak lada harus dikemas dalam botol-botol yang bersih dan kedap udara. Pemakaian botol yang berwarna gelap juga membantu mencegah kerusakan oksidatif, karena botol tersebut dapat mengurangi pengaruh sinar matahri. Dengan pengkemasan yang baik diharapkan kualitas (warna, bau)  minyak dapat dipertahankan.

5.3.  Ekstraksi Oleoresin
Untuk mendapatkan oleoresin, maka ampas sisa penyulingan diekstraksi dengan menggunakan pelarut mudah menguap (‘solvent extraction’). Pelarut yang dapat digunakan antara lain heksan, etanol, etilen chorida, dan lain-lain. Ekstraksi oleoresin dapat juga dilakukan secara langsung dari lada enteng, tanpa pemisahan minyak lada dengan penyulingan. Tetapi cara ini mempunyai kelemahan, yaitu pada proses pemisahan pelarut dari campuran oleoresin dan minyak lada, selalu sebagian minyak lada ikut terbawa pelarut.

Ada beberapa tipe alat ekstraksi dengan pelarut yang dapat digunakan untuk memisahkan oleoresin ini, baik yang bekerja secara “batch” maupun kontinu. Salah satu tipe ekstraktor yang bekerja secara kontinu yaitu “Carrousel extractor”. Mula-mula bahan yang mengandung oleoresin dimasukkan  pada ekstraktor, kemudian pelarut disemprotkan pada bahan dari atas dengan arah aliran yang berlawanan dengan arah bahan masuk. Oleoresin yang terbawa bersama pelarut dikeluarkan melalui bagian bawah ekstraktor setelah melalui pori-pori dasar ekstraktor. Sedangkan ampasnya dikeluarkan lewat saluran keluar.Campuran antara oleoresin dan pelarut dipisahkan dengan cara penyulingan pada titik uap pelarut. Jika dipergunakan heksan maka penyulingan dilakukan pada suhu +  40ºC dan + 65ºC jika digunakan etanol 95 %

5.4. Balsam Lada
Salah satu sediaan obat yang dapat dibuat dari minyak lada  adalah balsam lada dalam bentuk krim. Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi yang mengandung air tidak kurang dari 60 %. Pemilihan pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki, sebagai zat pengemulsi dapat digunakan emulgid, setasium, setil alcohol, stearil alcohol, trietanolamin stearat dan golongan sorbitan, polisorbat, polietilenglikol dan sabun. Basis krim yang baik untuk bahan aktif dari ekstrak lada hitam, mentol dan minyak gandapura adalah vanishing Cream) karena komposisi didalamnya mempunyai kandungan air 75 %.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1985,   “Vademekum Pengolahan Hasil Perkebunan Dalam : Direktorat Bina Usaha Petani dan   Pengolahan Hasil Perkebunan, Ditjen. Perkebunan, Jakarta  
Anonim, 1984,  “Pedoman Pengolahan Hasil Ikutan/ Limbah Tanaman Perkebunan” Dalam : Kerjasama Ditjen. Perkebunan dengan IPB, Bogor
Anonim, 2000,  “Pedoman Pengolahan Lada Putih dengan Mesin” Dalam : Kerjasama Pemerintah Daerah Kab. Bangka dengan Badan Litbang Kehutanan Dan Perkebunan dan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor
Sarpian, T, 2001  “Lada, Mempercepat Berbuah, Meningkatkan Produksi, dan Memperpanjang Umur”.  Penebar Swadaya Nurdjanah, N dan
Risfaheri.1992 Pengolahan Lada Hijau dan  Penyulingan Minyak Lada. Prosiding Temu Usaha Pengembangan Hasil Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Anonim, 2001  Diversifikasi Produk Tanaman Rempah dan Obat. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat Vol. XIII No.1. 2001.  Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan.

Demekian penjelasan tentang budiday a merica pada ulasan A Merica Budidaya dan Manfaatnya kali ini, semoga bermanfaat buat Sobat Kumpulan Tjah Ngambarsari, bila sobat ingin mengetahui harga merica atau komiditi pertanian lainnya bisa membuka Harga Komoditi Pertanian pada artikel selanjutnya. Terima kasih sudah mampir kesini.

Description: A Merica Budidaya dan Manfaatnya Rating: 5.0 Reviewer: Ngambarsari Dunia Maya ItemReviewed: A Merica Budidaya dan Manfaatnya

Baca ini juga :

Monggo Dikomen Ngangge Facebook Sampeyan :


0 komentar: