Wayang Wayang Budaya Indonesia | Kumpulan Tjah Ngambarsari
banner ngambarsari

Sabtu, 07 Juli 2012

Wayang Wayang Budaya Indonesia

Wayang Wayang

wayang wayang

Wayang adalah seni pertunjukkan asli Indonesia yang berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali. Selain itu beberapa daerah seperti Sumatera dan Semenanjung Malaya juga memiliki beberapa budaya wayang yang terpengaruh oleh kebudayaan Jawa dan Hindu. Di daerah Ngambarsari sendiri Wayang merupakan salah satu pertunjukkan yang selalu ditanggap beberapa warga bila mereka mengadakan pernikahan. Walaupun saat ini Pertunjukan Wayang wayang ini sudah tidak sepenuhnya menjadi pilihan utama masyarakat di Ngambarsari, kebanyakan kini lebih memilih Pertunjukan yang lebih modern seperti campur sari, dangdutan, dll. Maka postingan Kumpulan Tjah Ngambarsari kali ini bermaksud akan mengangkat kembali budaya Jawa yang bernama Wayang ini yang kami beri judul Wayang Wayang Budaya Indonesia.


Kami telah mencari referensi tentang Wayang ini di berbagai media, khususnya internet tentang wayang wayang ini. Dan kita masih bersyukur bahwa informasi tentang Budaya Jawa ini masih banyak diangkat oleh para pemerhati budaya perwayangan, dan tentunya disajikan dengan beberapa fitur gambar yang menarik. Di postingan kali ini kami tidak bermaksud untuk menambah2i ataupun mengurangi tentang budaya wayang wayang ini. Justru kami ingin memperkaya ulasan dan tulisan tentang wayang wayang ini yang kami rangkum dari beberapa sobat2 pemerhati pewayangan.

Dari Wikipedia kami sudah dapatkan salah satu pengertian Wayang yang juga telah kami kutip pada paragrap pertama tulisan kami. Secara pengakuan, UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Sebenarnya, pertunjukan boneka tak hanya ada di Indonesia karena banyak pula negara lain yang memiliki pertunjukan boneka. Namun pertunjukan bayangan boneka (Wayang) di Indonesia memiliki gaya tutur dan keunikan tersendiri, yang merupakan mahakarya asli dari Indonesia. Untuk itulah UNESCO memasukannya ke dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia pada tahun 2003.

Tak ada bukti yang menunjukkan wayang telah ada sebelum agama Hindu menyebar di Asia Selatan. Diperkirakan seni pertunjukan dibawa masuk oleh pedagang India. Namun demikian, kejeniusan lokal dan kebudayaan yang ada sebelum masuknya Hindu menyatu dengan perkembangan seni pertunjukan yang masuk memberi warna tersendiri pada seni pertunjukan di Indonesia. Sampai saat ini, catatan awal yang bisa didapat tentang pertunjukan wayang berasal dari Prasasti Balitung di Abad ke 4 yang berbunyi si Galigi mawayang.

Ketika agama Hindu masuk ke Indonesia dan menyesuaikan kebudayaan yang sudah ada, seni pertunjukan ini menjadi media efektif menyebarkan agama Hindu. Pertunjukan wayang menggunakan cerita Ramayana dan Mahabharata. Demikian juga saat masuknya Islam, ketika pertunjukan yang menampilkan “Tuhan” atau “Dewa” dalam wujud manusia dilarang, munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit sapi, dimana saat pertunjukan yang ditonton hanyalah bayangannya saja. Wayang inilah yang sekarang kita kenal sebagai wayang kulit. Untuk menyebarkan Islam, berkembang juga wayang Sadat yang memperkenalkan nilai-nilai Islam. Ketika misionaris Katolik, Pastor Timotheus L. Wignyosubroto, SJ pada tahun 1960 dalam misinya menyebarkan agama Katolik, ia mengembangkan Wayang Wahyu, yang sumber ceritanya berasal dari Alkitab.

Hindu tiba di Indonesia dari India bahkan sebelum era Kristen, dan perlahan-lahan diadopsi sebagai sistem kepercayaan lokal. Sansekerta menjadi bahasa sastra dan pengadilan Jawa dan kemudian di Bali. Orang-orang Hindu mengubah Wayang (seperti yang dilakukan kaum muslimin, kemudian) untuk menyebarkan agama mereka, kebanyakan oleh cerita dari Mahabharata atau Ramayana. Kemudian campuran ini agama dan bermain wayang dipuji sebagai harmoni antara agama Hindu dan budaya tradisional Indonesia. Di Jawa, bagian barat Sumatera dan beberapa pulau kecil tradisionalis terus memainkan cerita-cerita lama selama beberapa waktu, namun pengaruh Hindu berlaku dan cerita-cerita tradisional baik jatuh terlupakan atau diintegrasikan ke dalam drama Hinduistic.

Kami kutip dari Wayang Wordpress diterangkan bahwa wayang Kulit adalah bentuk unik dari cahaya teater mempekerjakan dan bayangan. Boneka yang dibuat dari kulit kerbau dan dipasang pada tongkat bambu. Ketika mengangkat balik selembar kain putih, dengan bola lampu listrik atau lampu minyak sebagai sumber cahaya, bayangan dilemparkan di layar.

Wayang Kulit drama yang selalu didasarkan pada kisah-kisah romantis, terutama adaptasi dari epos India klasik, "The Mahabarata" dan "The Ramayana". Beberapa drama juga didasarkan pada kejadian lokal (isu-isu saat ini) atau cerita lainnya sekuler lokal. Terserah konduktor atau "Tok Dalang" untuk memutuskan arahnya.

Dalang adalah jenius di balik kinerja keseluruhan. Dialah yang duduk di belakang layar dan menceritakan cerita. Dengan orkestra tradisional di latar belakang untuk memberikan melodi dan irama resonan konvensional, Dalang yang memodulasi suaranya untuk menciptakan ketegangan sehingga mempertinggi drama. Selalu, klimaks permainan dengan kemenangan kebaikan atas kejahatan.

Angka-angka dari wayang juga hadir dalam lukisan waktu itu, misalnya, mural atap dari ruang sidang di Klungkung, Bali. Mereka masih ada dalam lukisan tradisional Bali hari ini.

Ketika Islam mulai menyebar di Indonesia, tampilan Tuhan atau dewa dalam bentuk manusia dilarang, dan dengan demikian gaya lukisan dan wayang kulit ditekan. Raja Raden Patah Demak, Jawa, ingin melihat wayang dalam bentuk tradisional, namun gagal untuk mendapatkan ijin dari para pemimpin agama Muslim. Sebagai alternatif, para pemimpin agama dikonversi golek wayang menjadi wayang purwa terbuat dari kulit, dan ditampilkan hanya bayangan, bukan angka-angka itu sendiri. [Rujukan?] Daripada angka terlarang hanya gambar bayangan mereka dipajang, kelahiran wayang kulit [kutipan diperlukan].

Angka-angka yang dicat, ukiran kayu datar (maksimal 5 sampai 15 mm - nyaris setengah inci) dengan tangan bergerak. Kepala ini kokoh melekat pada tubuh. Wayang klitik dapat digunakan untuk melakukan memainkan wayang baik siang hari atau di malam hari. Jenis wayang relatif jarang.

Wayang saat ini baik dalam bentuk yang paling kuno dan paling populer dari teater boneka di dunia. Ratusan orang akan begadang sepanjang malam untuk menonton pemain superstar, dalang, biaya perintah yang boros dan selebriti internasional. Beberapa dalang paling terkenal dalam sejarah adalah Ki Nartosabdho, Ki Anom Suroto, Ki Asep Sunarya, Ki Sugino, dan Ki Manteb Sudarsono.


Dalam situs Wayangprabu.com juga diterangkan bahwa Wayang Indonesia merupakan salah satu ungkapan tentang peradaban manusia dan merupakan seni sapta muka yang memadukan tujuh aspek kesenian sekaligus, yakni mencakup seni ceritera/bertutur/dongeng, seni tatah dan sungging/lukis, seni sastra, seni drama/pagelaran/panggung, seni swara/tembang, seni karawitan/gamelan, dan seni tari. 

Seni wayang merupakan bagian dari budaya Indonesia pada hakekatnya sarat dengan makna-makna simbolis, filosofis, religius dan paedagogis sehingga sangat berpotensi sebagai sarana membentuk watak & jiwa bangsa berdasarkan Pancasila, karena pagelaran wayang mengajarkan kepribadian dan budaya bangsa, membentuk akhlak mulia, memperkuat kepribadian, ketahanan jiwa dalam kehidupan bermasyarakat sepanjang zaman. Oleh karena itu Budaya Wayang wayang Indonesia perlu terus ditumbuhkan dan dikembangkan sehingga mendapatkan kecintaan dari semua lapisan masyarakat hingga mampu lestari dan berkembang di masa mendatang.

Mengenai jenis-jenis Wayang wayang menurut jenis pembuatannya secara garis besar  dibagi menjadi 4 yakni Wayang Kulit, Wayang Kayu, Wayang Orang, dan Wayang Rumput. Di Indonesia sendiri Wayang kulit dibagi menjadi : 
Wayang Purwa (Wayang kulit Gagrag Yogyakarta dan Wayang Kulit Gagrag Banyumasan),Wayang Madya, Wayang Gedog, Wayang Dupara, Wayang Wahyu, Wayang Suluh, Wayang Kancil, Wayang Calonarang, Wayang Krucil, Wayang Ajen, Wayang Sasak, Wayang Sadat, Wayang Parwa, Wayang Arja, Wayang Gambuh, Wayang Cupak, Wayang Beber.

Sedangkan Wayang Kayu terbagi menjadi :
Wayang Golek/Wayang Thengul, Wayang Menak, Wayang Papak/Wayang Cepak, Wayang Klithik, Wayang Timplong, Wayang Potehi.
Dan Wayang Orang terbagi menjadi : Wayang Gung dan Wayang Topeng.
Serta Wayang Rumput hanya disebut sebagai Wayang suket.

Mengenai jenis-jenis Wayang wayang menurut jenis asal daerahnya secar garis besar dibagi menjadi :
Wayang Surakarta, Wayang Jawa Timur, Wayang Bali, Wayang Sasak (NTB), Wayang Kulit Banjar (Kalimantan Selatan), Wayang Palembang (Sumatera Selatan), Wayang Betawi (Jakarta), Wayang Cirebon (Jawa Barat), Wayang Madura (sudah punah), Wayang Siam (Kelantan, Malaysia).


Itulah sedikit rangkuman yang Kumpulan Tjah Ngambarsari uraikan dalam tulisan posting Wayang Wayang Budaya Indonesia kali ini, mungkin belum mencangkup seluruh hal tentang wayang secara keseluruhan. Tapi setidaknya bisa mengingatkan kita akan pentingnya memelihara dan melestarikan kebudayan wayang ini.


Bila sobat KTN ingin mengetahui lebih lanjut tentang pewayangn ini bisa mengakses salah satu situs dibawah ini yang sekaligus menjadi salah satu sumber tulisan kami kali ini, terima kasih sudah berkunjung :
Wikipedia
Wayangprabu.com
Pitoyo.com
Wayang Wordpress
Wikimedia



Description: Wayang Wayang Budaya Indonesia Rating: 5.0 Reviewer: Ngambarsari Dunia Maya ItemReviewed: Wayang Wayang Budaya Indonesia

Baca ini juga :

Monggo Dikomen Ngangge Facebook Sampeyan :


0 komentar: